“TERSANDERANYA ALSINTAN”: IBARAT BOTTLE NECK.

By adm1 on 12 Sep 2025, 06:52 AM

Sorotan Kritis : IrmaJaya

Ditengah “badai” ekonomi Dunia dan berimbas pada situasi kondisi ekonomi Indonesia ; masih saja ada Peralatan Pertanian yang “delayed” ( tidak dioptimalkan) maksud dan fungsi nya untuk “menggenjot” produktivitas Pertanian menuju Swasembada Pangan, sebagai satu dari sekian Program Prioritas Presiden RI Prabowo Subianto. Dan betapa kecewanya Prabowo bila keadaan itu diketahuinya, bahkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman ikut terpaku dan kecewa , mengapa bantuan yang amat bernilai di “bantarkan” begitu saja , padahal investasi pembelian alsintan itu sudah memutar otaknya agar terwujud.

Bahkan untuk percepatan Program “Kemandirian Pangan” ; Dody Hanggodo dalam kapasitas dirinya sebagai Menteri PU melalui Komisi V DPR RI berhasil “menggedor” pundi pundi di Kementerian Keuangan hingga peningkatan signifikan budget di Kementeriannya ± 77 Triliun di 2025 menjadi di atas 100 Triliun pada APBN tahun 2026. Bina Marga dan SDA adalah 2 (dua) Direktorat yang dominan mengurung pagu signifikan sebagai diakui Hanggodo.

Dari kerja keras dan cerdas Pembantu Presiden, dna dukungan Komisi V DPR RI pagu Kementerian PU naik. Dominan nya pagu Bina Marga dan SDA dimaksudkan memberi dukungan penuh ke output menuju kemandirian pangan.

Peluang di depan mata ; Kabupaten Paser harus mampu merebut peluang tersebut, selain meningkatkan reason Pertanian di kawasan Sungai Tuak ; maka Revitalisasi lahan basah Rantau Panjang sudah harus disentuh, didahului dengan penyempurnaan pintu Primer sekaligus normalisasi sekunder dan tersier nya. Hal itu mesti di tekadkan hingga sinergi Pemkab dan Pemerintahan Kecamatan Tanah Grogot turut aktif akan hal itu.

Tatang Faisal dibersamai Nyoman masing masing sebagai Pimpinan dan Redaktur Pelaksana sebuah majalah dinaungi oleh Persatuan Wartawan Reformasi Indonesia ( PWRI) ; laksana lentera membuat persoalan “delayed” tadi menjadi terang benderang – kita sebut seperti itu dimana alsintan bantuan Kementerian Pertanian “mangkrak” di kumpulkan penitipan nya pada Workshop PU Kabupaten Paser, lalu secara sederhana disimpulkan “menjauh dari kata Produktif”.

Disitulah keterkaitan Judul tinjauan kritis ini bahkan mendominasikan ending nya dengan “bottle neck” satu hambatan signifikan dalam sebuah proses produksi, dimana “ancaman bottle neck” tidak hanya pada keterbatasan semisal mengatur “jamming” nya crowded traffic Jalan raya , namun juga acap di munculkan sebagai weakness dalam management.

Lalu apa saja konsekwensinya ? bagi Dunia Pertanian Kabupaten Paser Kalimantan Timur pasti akan menyenggol kelambatan proses produksi : starting dari proses persiapan lahan , maintenance sampai pada kegiatan panen. Why ? ya dengan teronggok nya alsintan tadi, maka pertanian terkhusus komoditas padi akan kembali “manual”. Efektivitas bantuan terbuang , termasuk dorongan mekanisasi yang semula diniatkan untuk lancar serta meningkatnya produktivitas menjadi mimpi.

Sinergitas yang biasa disebut dengan program langkah ekstensifikasi sulit untuk diwujudkan. Terutama untuk menuntaskan hamparan lahan potensial menjadi lahan produktif.

Jika yang terjadi demikian, alangkah “buntung”nya kita. Di saat saat mimpi mekanisasi Pertanian turut meringankan “otot otot” petani, eh malah justru tidak tergapai, sementara alsintan nya ada didepan mata kita.

Majalah asuhan Tatang Faisal terhenti pada “solusi darurat” agar unsur “man” dalam sebuah kesatuan ; money , machine , management, material dan market genit mengusulkan agar kapasitas, kapabilitas pada OPD penanggung jawab topik bahasan diatas dilakukan peninjauan hingga jika diperlukan di subtitusi ( istilah lunak) dengan menempatkan personil yang lebih mumpuni ; tidak hanya disiplin, namun juga berjiwa Pioneer, kreatif , sensitif akan pentingnya berjalannya program dan menguasai arti penting mekanisasi hingga yang bersangkutan juga wajib memiliki karsa sebagai dinamisator.

Nah ranah itu adalah domain Bupati Fahmi bersama Wakil Ihwan Antasari. Ayolah keduanya menukik sedikit curam untuk mengetahui apa sebenarnya yang menghantui bottle neck tadi. Jika tidak maka geliat pertanian Kemandirian Pangan di Kabupaten Paser akan stagnan berjalan apa adanya tanpa geliat akselerasi, dengan bukti meningkat nya produksi. Dan benar akan menjadi seperti itu bila bottle neck tidak dicari solusinya.

Leave a comment