JALAN “KUBANGAN” PASAR INDUK SENAKEN DIMINTA DITIMBUN SEMENTARA.
Report Tim Kandilocom/editor : IrmaJaya


Gambaran Kubangan di Pasar Induk Senaken : patut diutamakan sebagai pelayanan publik
Tanah Grogot ;
Kondisi ruas jalan lingkungan di kawasan Pasar Induk Senaken, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, kian memprihatinkan dan mendesak perhatian serius pemerintah daerah.
Sudah lebih dari enam bulan, hingga penghujung Desember tahun ini, pengunjung pasar harus merasakan ketidaknyamanan ekstrem akibat kerusakan jalan yang berubah menjadi kubangan air menyerupai danau.
Kerusakan paling parah terjadi di jalur vital dari gerbang pintu masuk utama menuju Blok “Lawas”, pusat aktivitas ekonomi rakyat.
Blok ini dikenal menyediakan hampir seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari sayur-mayur, ikan segar, kebutuhan harian, hingga perdagangan emas yang berlangsung aktif setiap hari.
“Namanya saja Pasar Induk, tapi jalannya seperti sawah,” ujar seorang ibu rumah tangga kepada Media Kandilocom, dengan nada kecewa.
Pasar Induk Senaken sendiri dikenal tak pernah sepi pengunjung. Lonjakan kepadatan paling terasa pada hari kerja pertama, Senin dan Kamis, saat pembeli dari berbagai kalangan memadati lokasi.
“Apalagi Senin dan Kamis, luar biasa padat,” tutur salah seorang pengunjung rutin pasar.
Kepadatan tersebut tidak hanya berasal dari pembeli rumah tangga, tetapi juga dari perusahaan dan pedagang perantara yang kembali menjual barang belanjaan mereka di berbagai titik strategis.
Di antaranya persimpangan Tapis Masjid Syuhada dan simpang empat Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, yang hampir seluruh pasokan dagangannya bersumber dari Pasar Induk Senaken.
Ironisnya, di tengah peran vital pasar sebagai urat nadi ekonomi rakyat, kondisi infrastruktur justru dibiarkan terpuruk.
Kepala UPTD Pasar Senaken, Jamaluddin, tidak menampik fakta tersebut. Kepada Media Kandilocom ia mengakui bahwa kondisi jalan sudah sangat layak diperbaiki.
“Benar, memang sudah waktunya diperbaiki,” ujarnya.
Jamaluddin mengungkapkan, kerusakan jalan lingkungan pasar telah dua kali dilaporkan ke Dinas PUPR Kabupaten Paser. Namun jawaban yang diterimanya justru mendorong sikap sabar.
“Jawaban dari Kepala PUPR Asnawi, baru akan tersentuh di APBD 2026,” ungkapnya.
Menanggapi rencana tersebut, warga bernama Abu menyatakan dapat memahami keterbatasan anggaran pemerintah, namun menilai tidak boleh ada pembiaran total.
“Kalau nunggu 2026, ini menyedihkan. Minimal ditimbun sirtu dulu, yang parah-parah,” tegasnya.
Abu bahkan menantang pihak berwenang untuk turun langsung ke lapangan.
“Silakan lihat dan lintasi sendiri. Kendaraan pasti harus berkubang dulu,” sergahnya.
Kondisi ini dinilai bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut keselamatan, kelancaran distribusi bahan pokok, serta citra pelayanan publik.
Di tengah gencarnya jargon pembangunan dan penguatan ekonomi daerah, realitas di Pasar Induk Senaken justru memperlihatkan wajah lain: infrastruktur dasar yang terabaikan.
Reporter Media Kandilocom turut menyarankan, apabila pemerintah daerah benar-benar terkendala anggaran, langkah alternatif bisa segera diambil.
Salah satunya dengan menggandeng perusahaan-perusahaan sekitar melalui partisipasi tanggung jawab sosial (CSR) untuk penanganan sementara, demi mengurangi penderitaan masyarakat sembari menunggu realisasi anggaran resmi.
Hingga berita ini diturunkan, genangan air dan jalan rusak masih menjadi pemandangan harian di Pasar Induk Senaken—sebuah potret ironi di pusat ekonomi rakyat Kabupaten Paser.
