Benang Kusut BBM; BELUM ADA JAMINAN MEMBAIK

By adm1 on 24 May 2025, 12:45 PM

 

 

pertamax habis

HABIS – Pemberitahuan Pertamax habis di salah satu SPBU di Paser.

 

Paser – Harapan menggantung asa ke pundak Gubernur Kalimantan Timur H Rudy Mas’ud pemilik otoritas penuh, terkait rumitnya nya pasokan BBM ke Kabupaten Paser
dan Kota Balikpapan.

Apakah hasil koordinasi Gubernur Kaltim ke Pertamina dengan “solusi sementara” mengalihkan stok cadangan ( buffer stock) milik Kota Samarinda untuk meredam gejolak kesulitan BBM bagi Balikpapan dan Kabupaten Paser sudah menjawab minum nya quota tadi? Jawabnya belum.

Belum ada Jaminan langkah koordinasi Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud akan hal itu, karena langkah “ber utang” Pada Kota Samarinda adalah bersifat kontigensi dan sementara.

Belum ada Jaminan
Belum ada Jaminan sustainable supply membaik karena release pihak Pertamina hanya ucapan “matursuwun” atas kepercayaan warga Kalimantan Timur menggunakan Pertamax, “ular antrian” di apresiasi dengan terimakasih oleh juru bicara Pertamina.
Belum ada Jaminan karena Gubernur Rudy memakai “jurus sendiri” belum ada teriakan lain selain suara Komisi VI DPR RI di forum RDP dengan Pertamina.
sudah cukup kah langkah itu?
Kembali belum ada Jaminan karena “corong rakyat Kalimantan Timur. Kacamata media ini belum ada statement DPRD Kaltim senada dengan perjuangan Gubernur Rudy dan atau terjadi kekhilafan Rudy hingga “teriakan” darurat belum menjadi atensi sinergi dari “pengemban amanah” yang ada di gedung Karang Paci Samarinda.
Belum ada Jaminan lagi lagi karena walkot Balikpapan sedang berada di London ( UK) wallahu ada kegiatan apa?
Belum ada Jaminan pula, Bupati Paser dan Wakil belum bergeming semisal menggelar rapat koordinasi akan fenomena itu.
Belum ada Jaminan karena DPRD Kabupaten Paser turut terkesima dan terlena pula, sejurus belum muncul nya “jari jari” Bupati menggelitik sensitivitas mereka.
Hingga detik ini hanya teriakan konsumen yang mulai serak akan hambatan itu. Serak teriakan mereka karena diterpa kelelahan lewat antrian panjang.

Langkah kontigensi dengan cara “meminjam” Buffer stock yang sejatinya adalah milik kota Samarinda belum bisa memberi jaminan akan terurai nya “benang kusut” tadi.
Perjuangan panjang belum usai.
Genggam kepalan tangan masih “partial” untuk menggedor pintu BUMN Pertamina.
Mana pekik wakil wakil yang pernah tampil di masa kampanye yang menjanjikan akan memperjuangkan hak dan nasib rakyat.
Momentum penderitaan sudah di depan mata kalian adalah signal, saatnya kalian bersuara membentuk Brigade bersama Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud.
Apa yang mesti bahkan wajib kalian perjuangkan adalah “pembiaran” terhentinya supply dan Quota hanya karena giat internal Pertamina menjalani stock opname di RDMP Balikpapan yang di label oleh mereka adalah hak wajib.
Apakah management stock and supply harus dihentikan ketika itu, hingga rentang ber hari hari dan sangat meresahkan .
Sangat diluar nalar sehat. Meski ada opname kewajiban penyaluran tidak boleh terhenti.
Hak rakyat “number one” atau bisa diistilahkan “first priority” : tidak boleh di korbankan hanya karena opname internal.
Pasti kejadian ini bukan lah tontonan nyaman dan sangat bertolak belakang dengan Asta Cita Presiden kita yang rela mati demi membela Rakyat Indonesia.
Peristiwa tadi hanyalah kekeliruan management yang berakibat perusahaan Negara sekaliber Pertamina menjadi muara keresahan terkait jaminan layanan akan BBM.

Mismanagement itulah yang wajib diingat kan. Person person yang pernah berjanji memperjuangkan. Hal wajib dan dipundak mereka semua tanggungjawab yang mesti dibuktikan.
Dimensi sensitivitas pada sendi sendi kehidupan berbangsa bernegara wajib di perjuangan hingga terwujud apresiasi rakyat yang kalian wakili.

Tidak ada “pesimisme” meski belum terngiang lantunan orkestrasi indah yang bisa dinikmati ratusan ribu penonton penikmat indahnya kekompakan musik gesek bermuatan ” Pembelaan ” akan hajat utama kehidupan mereka yang rela antri ber kilo kilo meter dengan satu harapan terpuaskan, yang ditandai gemuruh aplaus akan menawannya orkestrasi. (iir).

Leave a comment