Aksi Tanggap & Harapan: Menyelamatkan Jembatan Penghubung Paser – Warisan, Ancaman, dan Masa Depan

ANJLOK- Jembatan Persimpangan Sultan Hasanuddin menuju Tanah Periuk Anjlok terlihat pada lintasan. Penurunan itu sudah menganggu kenyamanan dan jika dibiarkan kedepannya akan membahayakan.
KADILO.COM, Paser, Kalimantan Timur — Di simpang Jalan Sultan Hasanuddin menuju Tanah Grogot, berdiri sebuah jembatan yang lebih dari sekadar jalur lalu lintas. Ia adalah penghubung sejarah, ekonomi, dan budaya. Jembatan ini pernah menggantung ringan di atas sungai dengan struktur sederhana, hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua. Kini, ia telah berubah menjadi jembatan permanen yang menopang mobilitas harian warga dan kendaraan berat.
Namun di balik kokohnya beton dan rangka baja, jembatan ini kini menyimpan kelelahan yang mulai tampak. Permukaan jalannya amblas, badan jembatan mulai turun, dan setiap kendaraan yang melintas merasakan hentakan keras. Apa yang dulu menjadi kebanggaan, kini berubah menjadi kecemasan.
Dari Simbol Peradaban ke Ancaman Keselamatan
Jembatan ini bukan hanya jalur transportasi. Ia adalah akses vital menuju situs budaya Kerajaan Sadurengas di Paser Belengkong—jejak peradaban yang menjadi identitas masyarakat lokal. Kini, titik penghubung menuju situs bersejarah itu justru menjadi titik rawan kecelakaan.
Pengendara truk dan mobil bermuatan berat harus ekstra hati-hati. Hentakan keras dan cekungan yang semakin dalam pada badan jembatan menciptakan risiko serius. Jika tidak segera ditangani, kerusakan ini bisa menjurus pada bencana yang lebih besar: ambruknya jembatan.
“Jangan tunggu musibah datang baru bergerak. Jangan biarkan sesal datang setelah korban berjatuhan,” ungkap seorang warga yang sehari-hari melintasi jembatan tersebut.
Aduan Warga, Isyarat untuk Bergerak
Keluhan masyarakat mulai membanjiri ruang-ruang diskusi publik. Dari warung kopi hingga media sosial, suara warga menyerukan satu hal: aksi cepat dari pemerintah. Dalam demokrasi yang sehat, aduan kritis adalah bahan bakar perubahan. Dan sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Paser menjadikannya sebagai alarm perbaikan.
Bupati Fahmi diharapkan segera memerintahkan evaluasi teknis menyeluruh. Fondasi jembatan, pergeseran tanah, struktur bawah permukaan, hingga beban kendaraan yang melintasi jembatan perlu ditinjau dengan pendekatan profesional dan saintifik.
Dampak Ekonomi Tak Terbantahkan
Lebih dari itu, jembatan ini juga adalah urat nadi ekonomi lokal. Setiap hari, para pedagang, petani, pengusaha kecil, hingga pelajar, menggantungkan mobilitasnya di atas struktur ini. Bila jembatan ambruk, bukan hanya lalu lintas yang lumpuh—perekonomian pun bisa ikut tersendat.
“Kalau jembatan ini rusak parah, kami bukan cuma tak bisa jualan—kami bisa kehilangan penghasilan harian,” keluh seorang pedagang sayur di pasar Tanah Grogot.
Koordinasi dan Harapan dari Pusat
Optimisme tetap terjaga. Dalam forum retreat kepala daerah di Magelang beberapa waktu lalu, telah ditegaskan pentingnya sinergi dan pendanaan terpadu untuk proyek infrastruktur darurat. Pemerintah Kabupaten, Provinsi, hingga Pemerintah Pusat diharapkan tidak berpangku tangan.
Pesan yang dibawa Pemkab Paser bukan keluhan biasa. Ini adalah pesan darurat. Sebuah panggilan untuk menyelamatkan infrastruktur penting yang menghubungkan sejarah, kehidupan, dan masa depan warga Kalimantan Timur.(red)
Kesimpulan: Jangan Tunggu Ambruk, Bergeraklah Sekarang
Aksi tanggap bukan sekadar reaksi—itu adalah bukti cinta pada daerah. Harapan warga tidak muluk-muluk: perbaikan segera demi keselamatan, kenyamanan, dan keberlangsungan ekonomi.
Kini saatnya Pemkab Paser membuktikan bahwa aduan publik adalah prioritas, bukan gangguan. Karena di atas jembatan itu, berdiri lebih dari sekadar kendaraan—di sanalah masa depan Bumi Daya Taka melaju.
Read More :