HAPPY 79th ANNIVERSARY TO THE BHAYANGKARA’S

By adm1 on 29 Jun 2025, 01:30 AM

Dr JEPRI NAINGGOLAN.A.Md.S.S MPd ; Dekan Fakultas Ilmu Budaya ; Universitas Balikpapan. (Doc.Pribadi)

Sumbangan :

Artikel Ilmiah pada HUT Bhayangkara ke 79 untuk di publish media online Kandilo.com

Pendahuluan:

Bingkai Sejarah Bhayangkara

1 Juli sebagai tonggak sejarah dan dikemudian hari selalu diperingati sebagai Hari Bhayangkara adalah titik nadir kesadaran bangsa Indonesia dalam membersamai dan mengkristalkan harapan terhadap institusi Polri dan 79 tahun pada 2025 ini menandai kematangan profesionalitas sebuah institusi sekaligus membawa harapan akan transformasi.

Kata “Bhayangkara” sendiri, yang secara etimologis berarti penjaga atau pelindung keamanan negara, mewarisi semangat dari pasukan pengamanan era Majapahit di bawah Mahapatih Gajah Mada.

Ini bukan sekadar sejarah, tetapi warisan etis yang mendalam tentang amanah, pengabdian, dan kesetiaan pada rakyat dan negara.

  1. Analisis Filosofis: Dari Penjaga Negara Menuju Penjaga Keadilan

Ontologi Polri: Apa dan Siapa?

Institusi Polri adalah entitas negara yang keberadaannya melekat pada fungsi dasar negara: menjamin keamanan dan ketertiban.

Namun, secara ontologis, Polri bukan sekadar alat negara, tapi juga aktor moral dalam masyarakat.

“Polisi bukan hanya menegakkan hukum, tetapi menjunjung nilai – antara kebenaran dan kekuasaan.”


Parafrasa dari pandangan Hannah Arendt tentang kekuasaan dan moralitas.

Epistemologi Polisi: Bagaimana Mengetahui dan Bertindak?

Dalam era digital dan informasi, pengetahuan polisi bukan lagi bersumber dari hirarki, tetapi dari inteligensi sosial, data, dan kepekaan komunitas.

Polisi harus memahami dinamika sosial, tidak hanya melalui KUHP, tapi juga dengan pendekatan humanistik dan empati sosial.

Aksiologi Bhayangkara: Untuk Apa Mereka Ada?

Nilai utama keberadaan Bhayangkara adalah perlindungan terhadap hak warga negara.

Polisi harus menjadi the guardian of rights, bukan the instrument of repression. Dalam konteks ini, transformasi nilai menjadi urgensi, bukan sekadar slogan.


(Bersambung)

Leave a comment