MAKSIMUM SPEC KENDARAAN ; MUNGKINKAH DI TERAPKAN
Ilustrasi Jembatan Timbang guna maksimum beban angkutan dan tekanan sumbu.
TANA PASER-
Era Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban Soedomo Jembatan Timbang di operasikan di seluruh penjuru Nusantara Indonesia
Stabilitas Ekonomi saat itu membaik. Dan dengan Jabatan Prestisius Soedomo harus menjamin terpelihara nya hasil hasil Pembangunan termasuk Pembangunan Infrastruktur Jalan.
Maksimum Kapasitas muatan harus garis lurus dengan spesifikasi Kendaraan Angkutan yang di keluarkan pabrik.
Dengan keharusan melewati jembatan timbang terlebih dahulu, maka bobot kendaraan dimaksud harus terukur sesuai dengan konstruksi ruas jalan.
Kebijakan tadi kembali dicoba untuk di terap kan, bermaksud ruas infrastruktur jalan yang sudah terbangun, terpelihara serta terjaga kwalitas nya. Maksud dibalik pemberlakuan tadi agar Pemerintah bisa efektif dan efisien menggunakan anggaran, agar infrastruktur jalan tidak mudah rusak. Bila lifetime ruas jalan dimaksud rusak sebelum waktunya, otomatis akan menyita anggaran pemerintah untuk perbaikan dan pemeliharaan nya.
Dan tentu pagu anggaran tadi masih dapat di maksimalkan untuk kepentingan pembangunan lainnya.
Sesederhana itukah ?
Benak sehat kita bertanya, karena limitasi jembatan timbang akan berhadapan langsung dengan hitung hitungan jasa angkutan.
Limit kendaraan Truk colt diesel berpegang pada rekomendasi Pabrik, semisal hanya 4-5 ton , wajib garis lurus dengan konstruksi jalan yang di lewati
Apakah pemilik angkutan truk diatas Siap dan mau mematuhi hal tersebut. nah di sinilah timbul pertentangan persoalannya. Terkecuali tarif angkutan dilipat gandakan, seperti nya harus selayak itu.
Semisal TBS sawit , maukah si pemilik TBS mengeluarkan biaya angkut semahal itu ; jika itu di haruskan, masih adakah benefit ( added value) yang mereka dapatkan.
Lacur pula, jika diharuskan masih bisa kah pemilik ( petani ) bergelut mempertahankan produksi nya. Tidak kah bila diharuskan akan menghambat semangat mereka dan atau bahkan akan mereka tinggalkan saja bermain di komoditas TBS.
Ini sebuah persoalan yang tidak gampang. Tarik menarik persoalan ini ada di persimpangan jalan. “Lanjut atau Berhenti sama sekali” ,hanya itu pilihannya.
ODOL sebuah istilah over dimensi dan over Length ( ukuran bak kendaraan tersebut di bongsorkan sekaligus ukuran bongsor tadi dipanjangkan melebihi ketentuan ).
Bisakah petugas tegas ,sementara rantai pasokan jenis barang apapun termasuk TBS terhenti . Roda ekonomi dihadapkan pada “traffic jams” berkepanjangan, sampai sampai akan menimbulkan dampak destruktif mengkhawatirkan?
Sampai pada fase kegalauan ini menuntut kebijakan tadi di Reset, sampai instrumen nya bisa berjalan kembali ke “Reset Pabrik”
Untuk Kabupaten Paser dengan visi misi Tuntas wajib duduk di pertapaan untuk ber kontemplasi, sudah kah directly bisa applied dan atau sambil mencari wayout by gradually. ( IrmaJaya).
kandilocom
Flow Continuity with Smart System
Read More :