GURU : SHOULD KNOWLEDGE TRANSFER COME FIRST.
Kontribusi Kaspin; Penyaji /Editor : IrmaJaya

Hari Guru Nasional 2025
Mengawali sajian artikel sedikit bermuatan opini media online Kandilocom akan mendahulukan ekspresi ringkas dari Wakil Gubernur Kalimantan Timur Ir Seno Adji sosok enterpreneur sekaligus pemegang teras Partai Gerindra Kaltim , yang setahun silam memilih arah perjuangan menjadi wakil Gubernur Kalimantan Timur terpilih menjadi Dwi tunggal dengan enterpreneur berbeda bussiness inti dengan Seno yakni Mr Excellent Rudy Mas’ud; Ketua Partai Golkar Kalimantan Timur.
Seno dengan perjalanan karier mumpuni berjuang bersama Ipong Muchlisoni ketika itu memastikan Partai Gerindra untuk turut menggapai posisi dalam “kapal pengabdian” membangun Kaltim
Saat pagi menjelang siang Ir Seno langsung menyambut sambungan telepon media Kandilocom guna mendapat kan keterangan akan ekspresi Seno terhadap Hari Guru selayak Judul diatas.
Singkat pertama kali menyebutkan bahwa perjalanan panjang pendidikan nya sellau di warnai oleh peran Guru.
“Sebagai insan biasa kami sangat mencintai ketulusan Guru sejak merintis pendidikan dasar hingga meraih strata 1; dan perjalanan kami sebagai enterpreneur juga di rintis dengan banyak menghimpun reason serta pengalaman serta support rekan sejawat yang sejatinya melengkapi dengan saran berikut pengalaman, dimana jika kembali kepada petuah bahwa “pengalaman adalah Guru paling berharga dalam perjalanan hidup”; Seno meyakini.
Demikian pun Agus Tosa anggota DPRD Kabupaten Paser asal Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Paser tetap menempatkan Guru sebagai Pahlawan Ilmu dan telah berjuang tulus tentang penting nya ilmu pengetahuan bagi generasi tunas bangsa.
Agus sebagai sosok peraih Bea Siswa Pemerintah! dan setamat strata 1 lanjut pengabdian ke Kabupaten Paser Kalimantan Timur menjadi saksi faktual akan pentingnya peran Guru yang selalu mengedepankan transfer ilmu dimanapun bertugas dan experience tadi telah di arungi oleh Agus Tosa hingga pernah bertahun tahun bertugas pada Desa yang menghadapi lintas ruwet dan high risk untuk sampai ke Ibu Kota Kabupaten Paser.
“panggilan tugas dijalani Agus dengan ikhlas sabar dan percaya diri bahwa mengutip bait lagu “badai pasti berlalu”: bahkan saat ini “badai telah menghantarkan dirinya pada tugas mulia sebagai anggota DPRD Kabupaten Paser dan sekaligus menempatkannya pada Komisi membidangi Pendidikan ; tegak lurus dengan Hetifah Syaifudian sebagai Ketua di Komisi X.
Pada kesempatan lain Utuh Mahni disaat ini berkedudukan pada puncak karier yakni diberi kepercayaan menjadi Kepala Sekolah disebuah SD di Tanah Grogot pun dengan aksen layak seorang Guru berharap Hari Guru 2025 ini menjadi momentum reward for the full attention bagi seluruh Guru se Nusantara dengan perhatian yang sewajarnya menuju lahir generasi berpengetahuan mumpuni sesuai bidang studinya dan mengesankan ; dimana kedepannya dalam mengisi cita cita Kemerdekaan RI.
Lalu kembali ke peran guru sebagai agen pengetahuan kini menghadapi distraksi kebijakan, digitalisasi yang setengah matang, dan beban birokrasi.
Dalam peringatan Hari Guru, pertanyaan fundamental kembali muncul: Should knowledge transfer come first? Jawabannya akan menentukan arah masa depan pendidikan kita.
Peringatan Hari Guru Nasional ke-80 tingkat Kabupaten Paser dipusatkan di Kecamatan Batu Engau pada Selasa (25/11). Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Paser, M. Yunus Syam, menyatakan bahwa kondisi geografis Paser—dengan luas ±11.590 km², 139 desa, 6 kelurahan, dan 10 kecamatan—menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kelancaran proses belajar mengajar.
Persoalan ketersediaan tenaga pendidik, kesejahteraan guru, hingga akses transportasi masih menjadi isu yang harus terus diperbaiki.“Melalui peringatan Hari Guru ke-80 tahun 2025, tentu kualitas komunitas guru tetap menjadi salah satu fokus utama yang harus diperhatikan.
Guru harus tetap ditempatkan dalam bingkai: guru mengajar, murid belajar,” tutur Yunus, menegaskan kembali misi utama profesi pendidik di Paser.
Di ruang-ruang kelas, guru adalah jembatan antara pengetahuan dan harapan.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, tugas utama itu semakin kabur. Guru lebih banyak berkutat pada laporan digital, aplikasi yang tak selalu mendukung, serta administrasi yang tak pernah usai. Murid belajar… tetapi guru terjebak pekerjaan non-pengajaran.
Guru menyadari bahwa pendidikan abad ini menuntut penguatan karakter, kreativitas, dan kecakapan digital. Namun, bila beban administratif mendominasi hari-hari mereka, tri fungsi guru—pendidik, pengajar, dan pembimbing—sekadar tinggal slogan.
Digitalisasi yang semestinya mempermudah justru sering menjadi beban tambahan. Alih-alih memfasilitasi pembelajaran, berbagai sistem pelaporan menempatkan guru sebagai operator data. Dampaknya, waktu yang seharusnya dihabiskan untuk menyiapkan materi dan mendampingi murid malah tersita.
Hari Guru tidak boleh hanya menjadi seremoni dengan tema-tema yang manis. Ini adalah momen evaluasi apakah kebijakan pendidikan benar-benar berpihak kepada guru sebagai ujung tombak peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah, termasuk di Kabupaten Paser.
Jika kita ingin pendidikan Indonesia melompat maju, maka gurulah yang harus bergerak bebas: bebas mengajar, bebas berkarya, bebas membimbing murid menemukan masa depan.
Karena guru yang fokus mengajar akan menghasilkan generasi yang fokus belajar.
Let teachers teach. Itulah pesan paling jernih di Hari Guru: apabila transfer ilmu kembali ditempatkan sebagai prioritas, fondasi bangsa—dari kota sampai pelosok desa—akan semakin kokoh.
