AIR MATA IBU PERTIWI DIHARI PAHLAWAN.
Kandilo.com : IrmaJaya


Kepala Kejaksaan Negeri Paser; Deddy Herliantho, SH
Syair lagu bernafas perjuangan : Kulihat Ibu Pertiwi Sedang Bersedih Hati ;Air mata nya berlinang … dan seterusnya tepat menjadi renungan kita semua karena Peringatan Hari Pahlawan di tahun 2025 di daerah kita sangat berbeda jauh dengan seremony di Pusat Pemerintahan dimana Presiden Prabowo; Presiden kebanggaan kita sedang menyematkan kehormatan Negara bagi tokoh Nusantara yang pengabdiannya bagi Negara pantas untuk menerima gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Sudahlah sebagai di ajarkan bahkan dengan perjalanan waktu menjadi doktrin ; apa itu ? Kita wajib selalu ber husnusdzon – ber prasangka baik kepada Tuhan , sebagai tercantum pada sila pertama Pancasila landasan Negara kita, karena Dialah Yang Maha Segalanya ; selain kita juga wajib selalu ber prasangka baik terhadap sesama sahabat kerabat bahkan pemimpin kita.
Kita persingkat; bahwa keputusan pemimpin tertinggi Negeri kita melalui Presiden Prabowo saat ini adalah yang terbaik dan harus kita junjung tinggi serta hormati bersama.
Kritik konstruktif memang sebuah keharusan agar iklim demokrasi Negara ini tetap terhormat dan saling menghargai akan koreksi apapun sepanjang hal tersebut masih para koridor demokrasi khas Indonesia.
Kembali kepada Judul : fenomena ‘air mata’ akan menjadi multi translate tergantung pada sisi mana komentar tersebut dilontarkan.
Nah menuju ke ‘air mata Ibu Pertiwi’ akan kita hubungkan dengan “sepi dan lesu’ peringatan Hari Pahlawan tahun 2025 di Kabupaten Paser Kalimantan Timur.
Harus kah Hari Pahlawan di peringati intens dan masif ? Maka Jawabannya harus.Karena ketika apresiasi kita terhadap pengorbanan Pahlawan dimaksud mulai sirna ; maka pesan sakral Presiden Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan Negara kita yang sangat sakral yaitu : Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya pun turut memburam.
Bernar lah hingga Ibu Pertiwi meneteskan airmata karena apresiasi atas jasa pengorbanan Pahlawan meredup; bahkan hanya sekedar membuat dan membentang spanduk – konon khabarnya tidak ada instruksi: jawaban yang sama lewat pertanyaan ; adakah upacara peringatan digelar juga di Kecamatan ? Kembali jawaban sama akan kita dapatkan – tidak ada instruksi.
Luar biasa saktinya instruksi sampai sampai hanya sekedar mengenang jasa pengorbanan Pahlawan harus menunggu instruksi. Sebenarnya tanpa instruksi gelar upacara peringatan boleh boleh saja di laksanakan tanpa harus menunggu.
Bagaimana air mata Ibu Pertiwi tidak berderai karena dari bukti bukti tadi alangkah dangkalnya kecintaan dan penghormatan kita kepada pahlawan pahlawan yang sejatinya banyak dari mereka telah berpulang kehadirat Pencipta.
Sejauh kesedihan mengemuka tadi ; patut kita apresiasi bagaimana Kepala Kejaksaan Negeri Paser Deddy Herliantho, SH masih mengenang dan memasang baliho bahkan di pasang di bagian paling depan Kantor nya yang kokoh di sisi Jalan 2 Jalur Jenderal Sudirman.
Apakah dengan fenomena Ibu Pertiwi ada yang salah atau disalahkan ? Kemungkinan tidak ! Karena saling menyalahkan akan menghabiskan energi kita: Lalu Bagaimana ? Terpenting ke depan yang terkait dengan apresiasi kita kepada jasa pengorbanan Pahlawan patutlah kita tepikan dulu ‘monster’ yang berbaju Instruksi.
Kita mesti bisa mensejajarkan pengorbanan pahlawan tadi dengan penghormatan kita ; walaupun tidak akan bisa sungguh sungguh sejajar ; karena jasa , pengorbanan Pahlawan Bangsa Tanpa Pamrih.
Jika kesadaran dimaksud di patrikan sungguh sungguh kesanubari kita, maka “kekhilafan” ; jika berkenan kita jadikan tekad agar apresiasi terhadap Pahlawan ditahun tahun mendatang menjadi lebih baik dan akan senafas dengan ; slogan sekaligus tekad Kabupaten Paser : “olo manin aso buen siolondo” : Referensi utama kita adalah Hari Pahlawan dicatatan substansial lebih utama dari Hari Jadi Kabupaten Paser; makna nya minimal semarak penyambutan akan Hari Pahlawan sejatinya harus lebih atau minimal sama semarak nya dengan Penyambutan Hari jadi Kabupaten yang di bulan Desember di peringati.
